Ngeyel Tak Mau Karantina, Pemudik di Sragen Dikurung di Rumah Hantu

Loading...
Loading...

Selama 14 hari dikarantina dan dikunci dari luar

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati punya cara unik untuk memaksa para pemudik mau menjalani karantina mandiri di rumah selama 14 hari. Para pemudik yang membandel tetap berkeliaran bakal dimasukkan ke "rumah hantu" atau rumah angker di desa setempat.


Bahkan para pemudik yang dikurung di rumah hantu tersebut menjadi viral dan diberitakan media internasional.

Bupati telah meminta setiap desa di Sragen untuk menyiapkan tempat karantina khusus bagi pemudik yang ngeyel tak mau karantina mandiri di rumah. Tempat khusus tersebut yakni rumah atau bangunan kosong berhantu yang khusus diperuntukkan bagi mereka yang membandel.

1. Dimasukkan rumah hantu dan dikunci dari luar

Para pemudik yang memasuki wilayah Sragen menurut Bupati dilakukan screening dan pendataan. Petugas disiapkan di stasiun kota dan terminal

Setiap penumpang angkutan umum yang berasal dari luar kota, baik bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKAP), Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), dan travel diperiksa kesehatannya. Kemudian, diukur suhu tubuh, disterilkan dengan menggunakan antiseptik dan didata.

"Kita surati semua PO agar tidak menurunkan penumpang di jalan, harus di terminal. Begitu turun kita screening. Jika demam kita karantina dulu, jika sehat di karantina 14 hari mandiri di rumah masing-masing. Kalau Stasiun kereta sudah ada posko kesehatan,” terang Bupati Yuni.

Yuni memastikan pemudik yang ngeyel tak mau karantina bakal dimasukkan ke rumah berhantu dan dikunci dari luar. Bupati mempersilahkan perangkat desa menindak tegas "Kalau ada rumah kosong dan berhantu, masukkan di situ. Kunci dari luar," kata Yuni.

2. Minta pemudik yang dikarantina diperhatikan kesehatannya

Laporan dari masyarakat masih ada pemudik yang tak tertib lakukan karantina mandiri. Masih ditemukan pemudik yang berkeliaran yang membuat resah masyarakat.

Menurutnya sudah ada dua desa yang melapor adanya pemudik yang ngeyel tak mau karantina mandiri, yakni satu di Kecamatan Plupuh dan satu lagi di Desa Sepat Kecamatan Masaran.

Meski dikurung di rumah hantu dari luar, namun bupati meminta agar kesehatan dan juga keperluan pemudik yang dikurung tersebut diperhatikan.

3. Siapkan rumah sakit darurat untuk ODP dan PDP

Selain rumah hantu untuk karantina pemudik ngeyel, Pemkab Sragen juga menyiapkan Rumah Sakit (RS) Darurat untuk penanganan COVID - 19.

Di rumah sakti tersebut terdapat 108 tenaga medis, 12 di antaranya merupakan dokter sementara 48 lainnya adalah perawat. Tenaga medis dan paramedis ini berasal dari rumah sakit negeri dan swasta di Sragen.

"Jadi nanti kita sistem kloter. Satu kloternya 20 orang tenaga medis dan paramedis. Mereka nanti akan bekerja dalam 3 shift selama 14 hari pertama. Setelah itu mereka akan menjalani karantina selama 14 hari di lokasi yang sudah kita siapkan, sebelum diperbolehkan libur selama 14 hari. Lalu dilanjutkan oleh kloter berikutnya," kata Bupati.

RS Darurat ini memiliki 24 kamar yang masing-masing bakal diisi satu orang. Fasilitas di kamar tersebut setara dengan kamar kelas I di rumah sakit, ada tempat tidur, tabung oksigen, dan kamar mandi dalam.

"Nanti rumah sakit darurat ini kita gunakan untuk pasien PDP yang masih harus menunggu hasil swab, termasuk pasien ODP yang perlu perawatan lebih. Kalau kondisinya memburuk langsung kita rujuk ke RSUD dr. Soehadi Prijonegoro," paparnya.

Sragen dilaporkan ada sebanyak 7 orang pasien yang positif COVID-19. Enam orang masih dirawat dan satu meninggal dunia pada 8 April 2020.

Enam orang yang masih dirawat tersebut yakni satu orang dirawat di RSUS Wongsonegoro Ketileng Semarang, Tiga orang di RSUD Moewardi Solo dan dua orang di RSUD Soeratno Gemolong. Tujuh orang tersebut dilaporkan dalam kondisi baik.

4. Jadi pemberitaan media asing seperti pocong di Sukoharjo yang mendunia

Berita pemudik yang dikarantina di rumah berhantu yang ada di Sragen menarik perhatian media asing. Karantina di rumah berhantu tersebut diberitakan sejumlah media asing diantaranya dari Thailand, dan juga Singapura.

Sebelumnya aksi lain yang juga sempat viral yakni pocong yang memperingatkan warga untuk melakukan physical distancing di Sukoharjo, Jawa Tengah.

Aksi para pemuda berpakaian pocong jaga kampung di Dukuh Kesongo Desa Kepuh Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah juga sempat viral dan diberitakan oleh media asing.

Pocong diberitakan dari berbagai negara seperti Tiongkok, Spanyol, Singapura, Jerman, Korea, dan Filipina datang ke desa untuk meliput.

Sumber: jateng.idntimes.com
Sponsored Links
Loading...
Loading...
Loading...